Penjualan Bibit Unggul Kelapa Sawit Hasil Pengembangan Anak Perusahaan Royal Golden Eagle
Royal Golden Eagle (RGE) memiliki beragam bidang bisnis yang ditekuni. Kelapa sawit adalah satu di antaranya. Belakangan, salah satu anak perusahaan RGE, Asian Agri, kian dikenal sebagai penghasil bibit berkualitas.
Source: Asian Agri (diganti video Asian Agri Youtube:Topaz, Benih Unggul Kelapa Sawit Asian Agri)
Lahir dengan nama Raja Garuda Mas pada 1973, Royal Golden Eagle merupakan induk perusahaan Asian Agri. Mereka memiliki aset senilai 18 miliar dolar Amerika Serikat dan karyawan sebanyak 60 ribu orang.
Asian Agri hanya satu dari beberapa unit bisnis RGE. Mereka masih punya Apical, Pacific Oil & Gas, Asia Symbol, Grup APRIL, serta Sateri. Anak-anak perusahaan itu menekuni beragam bidang seperti selulosa spesial, pulp dan kertas, minyak dan gas, kelapa sawit, serta serat viscose.
Asian Agri dikenal sebagai salah satu produsen minyak kelapa sawit terbesar di Asia. Dalam setahun, perusahaan yang berdiri sejak 1979 ini mampu memproduksi crude palm oil hingga satu juta ton.
Kapasitas produksi yang tinggi tidak bisa diraih tanpa pengelolaan perkebunan yang baik. Asian Agri memiliki lahan kebun kelapa sawit seluas 160 ribu hektare. Dari luas itu, 60 ribu di antaranya dikelola oleh petani plasma.
Namun, saat ini, unit bisnis RGE itu berniat memperluas kerjasama dengan petani. Mereka berharap bisa menjalin relasi dengan petani swadaya. Target yang ingin digapai adalah mencakup lahan seluas 40 ribu hektare sehingga luas total lahan kerja sama dengan petani sama seperti luas lahan yang dikelolanya sendiri.
Keberhasilan Asian Agri dalam menjalin kerja sama dengan petani juga tidak lepas dari hasil perkebunan mereka yang dikenal bagus. Panenan yang dihasilkan banyak dan berkualitas sehingga banyak yang tertarik ingin mendapatkan hasil serupa.
Selain karena tata cara bertani yang tepat, keberhasilan Asian Agri tidak lepas dari bibit unggul yang ditanam. Di dalam perkebunannya, mereka menanaminya dengan bibit kelapa sawit hasil pengembangan sendiri yang dinamai Topaz.
Bibit unggul ini merupakan hasil pemuliaan Asian Agri menggunakan tetua dura dan pisifera terseleksi dari Costa Rica. Namun, anak perusahaan itu masih memadukannya dengan sejumlah bibit lain dari berbagai belahan dunia.
Asian Agri mulanya menggunakan Topaz untuk keperluannya sendiri. Namun, karena banyak permintaan, anak perusahaan Royal Golden Eagle ini akhirnya mendistribusikannya untuk umum.
Berkat jaminan hasil produksi yang baik, Topaz disambut baik di pasar. Penjualan bibit unggul kelapa sawit ini malah meningkat drastis dibanding tahun sebelumnya.
Asian Agri menyebutkan, hingga Oktober 2017, peningkatan hasil penjualan Topaz mencapai seratus persen dibandingkan dengan tahun 2016. Bukan hanya itu, mereka juga mencatat ada penambahan jumlah petani yang menggunakan bibit unggul tersebut hingga 75 persen.
Perkembangan positif itu berkaitan erat dengan masa peremajaan kebun kelapa sawit atau yang dikenal dengan replanting. Tahun lalu, proses penanaman ulang dilakukan karena banyak perkebunan dengan masa produktif yang sudah habis.
Patut diketahui, kelapa sawit memang bisa tumbuh lama. Mereka bisa terus berproduksi hingga 20 atau 25 tahun. Namun, sesudah itu, produktivitasnya akan menurun. Ketika saat itu tiba, replanting perlu dilakukan.
Oleh sebab itu, pemilihan bibit yang berkualitas amat vital. Perkebunan kelapa sawit adalah investasi yang panjang. Tak heran, bibit unggul seperti Topaz diminati banyak pihak.
“Program pemerintah dalam peremajaan kebun sawit petani akan berpengaruh positif dan terus mendorong permintaan dan penjualan benih kelapa sawit Topaz, yang diproduksi Asian Agri," jelas Fadhil Hasan, Direktur Corporate Affairs Asian Agri seperti dilaporkan oleh Kontan.
Asian Agri memang getol mengajak berbagai pihak untuk bekerja sama dalam pemakaian benih sawit yang asli. Tujuannya supaya hasil produksi bisa menjadi lebih baik. Untuk itu, mereka akan terus berusaha menyediakan bibi Topaz sesuai kebutuhan.
HASIL PENELITIAN PANJANG
Source: Asian Agri
Sebagai produsen minyak kelapa sawit terkemuka, Asian Agri sangat memperhatikan kualitas bibit. Anak perusahaan Royal Golden Eagle ini sampai mendirikan pusat riset dan pengembangan untuk menghasilkan bibit terbaik.
Asian Agri menamai fasilitas tersebut Asian Agri R&D Centre. Di sini bibit dikembangkan melalui proses yang sistematis dan berkesinambungan. Secara khusus, pada tahun 1996, mereka mendirikan Oil Palm Research Station (OPRS) di Topaz, Riau untuk melakukan kegiatan seleksi dan pemuliaan serta produksi benih unggul kelapa sawit.
Menyusul tiga tahun berikutnya, unit bisnis RGE ini menambah balai di Asia Agri R&D Centre dengan laboratorium kultur jaringan. Dilengkapi dengan teknologi terkini, fasilitas ini berguna mendukung kegiatan produksi benih unggul. Di dalamnya ikut didukung dengan fasilitas Laboratorium Biomolekuler.
Proses produksi benih dimulai dari kegiatan seleksi dan pemuliaan yang sistematis dan berkelanjutan. Hal ini untuk mendapatkan varietas unggul yang dilepas oleh pemerintah melalui SK Menteri Pertanian pada tahun 2004.
Asian Agri telah mulai menjalankannya sejak 1999. Selain demi meningkatkan hasil produksi perkebunan sendiri, anak usaha grup yang berdiri dengan nama Raja Garuda Mas ini prihatin dengan kondisi petani, khususnya petani plasma. Mereka tidak tahu tata cara berkebun kelapa sawit yang tepat, bahkan buta tentang arti penting bibit berkualitas.
“Kami memahami ini dan memotivasi kami ingin melakukan sesuatu yang dapat membantu mereka,” ujar Topaz Seeds Senior Breeder Asian Agri, Ang Boon Beng.
Bibit unggul Topaz adalah hasil karya Asian Agri. Benih ini diciptakan oleh 21 orang peneliti di Balai Penelitian Topaz. Mereka berhasil menciptakan benih kelapa sawit superior yang berasal dari kombinasi sumber benih di berbagai negara.
Selain hasil yang tinggi, Topaz menawarkan dua kemampuan beradaptasi dengan kondisi lahan. Dengan kelebihan itu, benih kelapa sawit unggul sempat menarik perhatian Presiden Joko Widodo saat mengunjung stan Asian Agri dalam Indonesia Trade Expo 2017 di ICE BSD Serpong.
“Ketika bicara mengenai lahan marjinal, kami tahu persis lahan ini sangat tidak subur. Lahan seperti ini sangat tidak kondusif untuk kelapa sawit. Tapi, kami berhasil membuat benih yang bisa beradaptasi,” jelas Ang yang memimpin unit penelitian di Topaz sejak 1999.
Asian Agri meluncurkan Topaz dalam empat jenis. Mereka dikenal sebagai Topaz 1, Topaz 2, Topaz 3 dan Topaz 4. Hal utama yang membedakan keempat varietas tersebut adalah pisifera atau tanaman laki-laki yang digunakan untuk pembuahan.
Topaz 1 adalah hasil persilangan antara Deli dura dan pisifera dari Nigeria. Sedangkan Topaz 2 berawal dari pisifera yang berasal dari Ghana. Sementara itu, Topaz 3 menggunakan pisifera dari Ekona, Kamerun dan Topaz 4 menggunakan pisifera yang berasal dari Republik Rakyat Kongo.
Dari empat jenis Topaz, Topaz 1 dan 3 paling populer di antara para pelanggan. Hal itu ada alasannya. Selain menghasilkan tandan buah segar yang berwarna lebih cerah dari Topaz 1, hasil panen juga lebih tinggi.
“Dalam hal produktivitas, bisa dikatakan Topaz 1 memiliki potensi hasil lebih tinggi karena memproduksi banyak bunga betina lebih banyak yang bisa menghasilkan buah,” jelas Ang.
Saat ini. Asian Agri mampu menghasilkan 25 juta biji berkecambah per tahun. Berkat itu, anak perusahaan Royal Golden Eagle ini menjadi penjual benih kelapa sawit terbesar ketiga di Indonesia. Mereka sanggup menjual 10 juta dari 70 juta bibit yang terjual di negeri kita pada 2016. Bukan tak mungkin, penjualan yang lebih baik diraih pada tahun-tahun berikutnya karena Topaz memang berkualitas.
Source: Asian Agri (diganti video Asian Agri Youtube:Topaz, Benih Unggul Kelapa Sawit Asian Agri)
Lahir dengan nama Raja Garuda Mas pada 1973, Royal Golden Eagle merupakan induk perusahaan Asian Agri. Mereka memiliki aset senilai 18 miliar dolar Amerika Serikat dan karyawan sebanyak 60 ribu orang.
Asian Agri hanya satu dari beberapa unit bisnis RGE. Mereka masih punya Apical, Pacific Oil & Gas, Asia Symbol, Grup APRIL, serta Sateri. Anak-anak perusahaan itu menekuni beragam bidang seperti selulosa spesial, pulp dan kertas, minyak dan gas, kelapa sawit, serta serat viscose.
Asian Agri dikenal sebagai salah satu produsen minyak kelapa sawit terbesar di Asia. Dalam setahun, perusahaan yang berdiri sejak 1979 ini mampu memproduksi crude palm oil hingga satu juta ton.
Kapasitas produksi yang tinggi tidak bisa diraih tanpa pengelolaan perkebunan yang baik. Asian Agri memiliki lahan kebun kelapa sawit seluas 160 ribu hektare. Dari luas itu, 60 ribu di antaranya dikelola oleh petani plasma.
Namun, saat ini, unit bisnis RGE itu berniat memperluas kerjasama dengan petani. Mereka berharap bisa menjalin relasi dengan petani swadaya. Target yang ingin digapai adalah mencakup lahan seluas 40 ribu hektare sehingga luas total lahan kerja sama dengan petani sama seperti luas lahan yang dikelolanya sendiri.
Keberhasilan Asian Agri dalam menjalin kerja sama dengan petani juga tidak lepas dari hasil perkebunan mereka yang dikenal bagus. Panenan yang dihasilkan banyak dan berkualitas sehingga banyak yang tertarik ingin mendapatkan hasil serupa.
Selain karena tata cara bertani yang tepat, keberhasilan Asian Agri tidak lepas dari bibit unggul yang ditanam. Di dalam perkebunannya, mereka menanaminya dengan bibit kelapa sawit hasil pengembangan sendiri yang dinamai Topaz.
Bibit unggul ini merupakan hasil pemuliaan Asian Agri menggunakan tetua dura dan pisifera terseleksi dari Costa Rica. Namun, anak perusahaan itu masih memadukannya dengan sejumlah bibit lain dari berbagai belahan dunia.
Asian Agri mulanya menggunakan Topaz untuk keperluannya sendiri. Namun, karena banyak permintaan, anak perusahaan Royal Golden Eagle ini akhirnya mendistribusikannya untuk umum.
Berkat jaminan hasil produksi yang baik, Topaz disambut baik di pasar. Penjualan bibit unggul kelapa sawit ini malah meningkat drastis dibanding tahun sebelumnya.
Asian Agri menyebutkan, hingga Oktober 2017, peningkatan hasil penjualan Topaz mencapai seratus persen dibandingkan dengan tahun 2016. Bukan hanya itu, mereka juga mencatat ada penambahan jumlah petani yang menggunakan bibit unggul tersebut hingga 75 persen.
Perkembangan positif itu berkaitan erat dengan masa peremajaan kebun kelapa sawit atau yang dikenal dengan replanting. Tahun lalu, proses penanaman ulang dilakukan karena banyak perkebunan dengan masa produktif yang sudah habis.
Patut diketahui, kelapa sawit memang bisa tumbuh lama. Mereka bisa terus berproduksi hingga 20 atau 25 tahun. Namun, sesudah itu, produktivitasnya akan menurun. Ketika saat itu tiba, replanting perlu dilakukan.
Oleh sebab itu, pemilihan bibit yang berkualitas amat vital. Perkebunan kelapa sawit adalah investasi yang panjang. Tak heran, bibit unggul seperti Topaz diminati banyak pihak.
“Program pemerintah dalam peremajaan kebun sawit petani akan berpengaruh positif dan terus mendorong permintaan dan penjualan benih kelapa sawit Topaz, yang diproduksi Asian Agri," jelas Fadhil Hasan, Direktur Corporate Affairs Asian Agri seperti dilaporkan oleh Kontan.
Asian Agri memang getol mengajak berbagai pihak untuk bekerja sama dalam pemakaian benih sawit yang asli. Tujuannya supaya hasil produksi bisa menjadi lebih baik. Untuk itu, mereka akan terus berusaha menyediakan bibi Topaz sesuai kebutuhan.
HASIL PENELITIAN PANJANG
Source: Asian Agri
Sebagai produsen minyak kelapa sawit terkemuka, Asian Agri sangat memperhatikan kualitas bibit. Anak perusahaan Royal Golden Eagle ini sampai mendirikan pusat riset dan pengembangan untuk menghasilkan bibit terbaik.
Asian Agri menamai fasilitas tersebut Asian Agri R&D Centre. Di sini bibit dikembangkan melalui proses yang sistematis dan berkesinambungan. Secara khusus, pada tahun 1996, mereka mendirikan Oil Palm Research Station (OPRS) di Topaz, Riau untuk melakukan kegiatan seleksi dan pemuliaan serta produksi benih unggul kelapa sawit.
Menyusul tiga tahun berikutnya, unit bisnis RGE ini menambah balai di Asia Agri R&D Centre dengan laboratorium kultur jaringan. Dilengkapi dengan teknologi terkini, fasilitas ini berguna mendukung kegiatan produksi benih unggul. Di dalamnya ikut didukung dengan fasilitas Laboratorium Biomolekuler.
Proses produksi benih dimulai dari kegiatan seleksi dan pemuliaan yang sistematis dan berkelanjutan. Hal ini untuk mendapatkan varietas unggul yang dilepas oleh pemerintah melalui SK Menteri Pertanian pada tahun 2004.
Asian Agri telah mulai menjalankannya sejak 1999. Selain demi meningkatkan hasil produksi perkebunan sendiri, anak usaha grup yang berdiri dengan nama Raja Garuda Mas ini prihatin dengan kondisi petani, khususnya petani plasma. Mereka tidak tahu tata cara berkebun kelapa sawit yang tepat, bahkan buta tentang arti penting bibit berkualitas.
“Kami memahami ini dan memotivasi kami ingin melakukan sesuatu yang dapat membantu mereka,” ujar Topaz Seeds Senior Breeder Asian Agri, Ang Boon Beng.
Bibit unggul Topaz adalah hasil karya Asian Agri. Benih ini diciptakan oleh 21 orang peneliti di Balai Penelitian Topaz. Mereka berhasil menciptakan benih kelapa sawit superior yang berasal dari kombinasi sumber benih di berbagai negara.
Selain hasil yang tinggi, Topaz menawarkan dua kemampuan beradaptasi dengan kondisi lahan. Dengan kelebihan itu, benih kelapa sawit unggul sempat menarik perhatian Presiden Joko Widodo saat mengunjung stan Asian Agri dalam Indonesia Trade Expo 2017 di ICE BSD Serpong.
“Ketika bicara mengenai lahan marjinal, kami tahu persis lahan ini sangat tidak subur. Lahan seperti ini sangat tidak kondusif untuk kelapa sawit. Tapi, kami berhasil membuat benih yang bisa beradaptasi,” jelas Ang yang memimpin unit penelitian di Topaz sejak 1999.
Asian Agri meluncurkan Topaz dalam empat jenis. Mereka dikenal sebagai Topaz 1, Topaz 2, Topaz 3 dan Topaz 4. Hal utama yang membedakan keempat varietas tersebut adalah pisifera atau tanaman laki-laki yang digunakan untuk pembuahan.
Topaz 1 adalah hasil persilangan antara Deli dura dan pisifera dari Nigeria. Sedangkan Topaz 2 berawal dari pisifera yang berasal dari Ghana. Sementara itu, Topaz 3 menggunakan pisifera dari Ekona, Kamerun dan Topaz 4 menggunakan pisifera yang berasal dari Republik Rakyat Kongo.
Dari empat jenis Topaz, Topaz 1 dan 3 paling populer di antara para pelanggan. Hal itu ada alasannya. Selain menghasilkan tandan buah segar yang berwarna lebih cerah dari Topaz 1, hasil panen juga lebih tinggi.
“Dalam hal produktivitas, bisa dikatakan Topaz 1 memiliki potensi hasil lebih tinggi karena memproduksi banyak bunga betina lebih banyak yang bisa menghasilkan buah,” jelas Ang.
Saat ini. Asian Agri mampu menghasilkan 25 juta biji berkecambah per tahun. Berkat itu, anak perusahaan Royal Golden Eagle ini menjadi penjual benih kelapa sawit terbesar ketiga di Indonesia. Mereka sanggup menjual 10 juta dari 70 juta bibit yang terjual di negeri kita pada 2016. Bukan tak mungkin, penjualan yang lebih baik diraih pada tahun-tahun berikutnya karena Topaz memang berkualitas.